radf-okin

Friday, November 09, 2007

filsafat abad 19

TUGAS MAKALAH

FILSAFAT INFORMASI

PERKEMBANGAN SEJARAH

FILSAFAT ABAD XIX : POSITIVISME




DISUSUN OLEH :

DWI ARIANTI 070317102

YURIA NIKO 070317098

PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2007

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelaesaikan pengerjaan tugas makalah ini. Sehingga kami dapat mempresentasikan hasil makalh kami ini kepada dosen dan teman-teman yang mengikuti mata kulaih Filsafat Informasi.

Dalam pembahasan pada makalah ini ada dua pokok pembahasan yang akan kami ulas. Pertama mengenai perkembangan ilmu filsafat yang terjadi selama abad ke-XIX dan yang kedua akan kami bahas salah satu paham yang berkembang pada abad ke- XIX yaitu Positivisme. Tidak lupa juga akan kami paparkan para filsuf yang sangat berjasa bagi perkembangan ilmu filsafat khususnya pada abad ke-XIX serta bagi perkembangan di masa mendatang. Para filsuf tersebut misalnya J.G. Fichte, F.W.J. Schelling, G.W.F. Hegel, H. Bergson, J.P. Sartre, J.S. Mill, H. Spencer, Charles Darwin, dan Auguste Comte sebagai pelopor munculnya Positivisme.

Kami berharap semoga materi pembahasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini sedikit banyak dapat memberikan informasi yang berguna bagi kita semua khususnya mengenai materi perkembangan filsafat pada abad ke-XIX dan paham Positivisme itu sendiri. Kami sadar bahwa pembahasan materi pada makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kriti dan saran sangagt kami harapkan demi kesempurnaan bagi perbaikan makalah ini. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.

Surabaya, 19 September 2007

Penulis

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan ilmu filsafat sepanjang abad ke-XIX?

2. Siapa saja para filsuf yang mempunyai jasa besar bagi perkembangan ilmu filsafat di abad ke- XIX?

3. Apakah yang dimaksu dengan Positivisme? (salah satu paham yang berkembang pada abad ke-XIX?

4. Bagaimana ajaran dalam Positivisme?

5. Bagaimana relevansi (kontribusi) pemikiran-pemikiran yang ada pada abad XIX dan paham Positivisme dengan ilmu informasi dan perpustakan pada saat ini?

PERKEMBANGAN SEJARAH

FILSAFAT ABAD XIX : POSITIVISME

A. Sejarah Filsafat Abad XIX

A.1. Perkembangan Kehidupan Ekonomi

Ekspansi besar-besaran dari kekayaan dan kekuasaan adalah latar belakang ekonomis perkembangan abad XIX. Abad XIX adalah suatu era penguasaan dunia bangsa Eropa dengan kapitalisme dunianya, yang telah membuka bagian-bagian dunia ini dan mengadakan emansipasi maupun eksploitasi. Semua ini merupakan akibat langsung dari Revolusi Industri dan teknik, yang dimulai sekitar pertengahan abad XVIII. Tepatlah orang mengatakan itu zaman mesin, karena dunia mesin dengan kemungkinan-kemungkinan yang menakjubkan telah menciptakan keadaan yang serba baru bagi umat manusia. Sebelum itu penduduk dan teknik seakan-akan statis dan memungkinkan adanya feodalisme, absolutisme, dan ekonomi kota. Sejak aadanya revolusi Neolitis maka pertanian menjadi basis masyarakat, sedang industri hanya mempunyai peranan kecil. Dengan adanya Revolusi Industri dan teknik maka berubahlah semuanya.

Penggunaan penemuan-penemuan teknik, dari kincir terbang (vliegspoel), mesin uap, sampai dynamo dan elektromagnetisme, bersama dengan pemakaian batu bara sebagai bahan dan pengolahan baja, semua itu menjadikan pembuatan produksi secara mekanis. Kerja tangan digantikan dengan mesin, kekuatan air dan uap telah menggantikan kekuatan manusia sehingga produksi mekanis selalu dapat menyediakan produksi massa bagi pasaran yang lebih luas. Mesin juga dipergunakan untuk keperluan pengangkutan; lokomotif dan perahu uap mempercepat dan mempermudah perjalanan.

Lalu lintas yang cepat dan industrialisasi meningkatkan besarnya kosentrasi perdagangan dan perusahaan di kota-kota. Timbullah minat besar untuk pergi ke kota, sebab di situ orang kebanyakan lebih mudah mendapat mata pencaharian daripada di desa. Kecuali itu tinggal di kota tidak lagi berarti pengasingan dari keluarganya.

Peningkatan produksi juga mengakibatkan tambahnya pendududk dengan cepat. Dalam satu abad, penduduk Eropa bertambah dari 180 juta menjadi 450 juta jiwa. Kondisi-kondisi lahir kehidupan mengalami perubahan pesat seperti perjalanan lebih cepat, kota-kota lebih besar, kesenangan yang bertambah dalam rumah tangga, adanya menu yang beraneka ragam dan melimpah-limpah. Hidup lebih mudah dan dengan demikian lebih menyenangkan.

Karena jarak diperpendek maka orang dapat merealisasikan bersatunya umat manusia. Orang sama-sama mempunyai harapan, bahwa kemajuan akan terus berlangsung. Pada tahun 1851, pameran internasional yang besar di London merupakan manifestasi yang nyata dari kemajuan materiil abad itu. Tepatlah bila abad XIX juga dilukiskan sebagai periode prestasi kosmopolitis dalam lingkup internasional.

Akibat lain kemajuan materiil ialah munculnya golongan tengahan (middenstand) di bidang politik dengan ide leberalismenya. Di Eropa Barat leberalisme menang di segala bidang dan karenanya adanya perlawanan yan gigih dari orang-orang liberal melawan ancien regime dan konservatisme, maka dapat memperoleh prestasi-prestasi: kebebasan berpikir, berbicara dan berserikat, persamaan hokum, dan hak bersuara dalam pemerintahan melalui parlemen. Ide tentang martabat manusia tidak hanya dicoba direalisasikan dalam penentangan segala bentuk pemerasan seseorang oleh orang lain, melainkan juga diusahakan juga untuk memberikan kehidupan yang layak bagi setiap orang.

A.2. Perkembangan Paham(Aliran) Pemikiran

Emansipasi yang diperjuangkan oleh liberalisme tak sampai begitu jauh, ia tidak mau terus mengadakan asas kesamaan dalam bidang ekonomi. Inilah yang nanti akan menjadi tugas sosialisme. Liberalisme hanya berkembang dengan lambat di daerah-daerah di mana kekuasaan lama tradisional masih kuat dipertahankan, yaitu di daerah-daerah sebelah Selatan dan Timur, di daerah ini sebenarnya aristrokasi telah lama memiliki pemikiran secara bebas. Di daerah-daerah yang beragama Protestan kompromo antara Gereja dan liberalisme mungkin, sebaliknya di daerah-daerah Katolik tidak dapat.

Di dalam banyak negara, gerakan liberalisme berjalan bersama-sama dengan nasionalime, misalnya di Italia dan Jerman, yang setelah berlangsungnya perang Prancis-Jerman, persatuan mereka telah tercapai. Di samping kebebasan perorangan, orang berusaha ke arah kesatuan penduduk yang bebas dalam negara nasional. Kelak industrialisme dengan kemungkinan-kemungkinan perluasannya yang mengagumkan dan perlombaan imperialistis antara negara-negara akan memberikan sumbangan tidak sedikit pada berkobarnya nasionalisme, bahkan sampai pada jingoisme.

Di samping itu nasionalisme romantis memperjuangkan kesatuan negara-negara nasional yang bebas: persahabatan internasional antara bangsa-bangsa yang diperintah oleh golongan tengahan melalui parlemen dengan didasarkan atas perdagangan bebas, humanitarisme dan kesatuan hokum. Abad XIX juga merupakan abad himne nasional, roman-roman yang menyanjung masa lampau yang penuh nasionalisme; pengajaran yang disesuaikan dengan nasionalisme.

Sosialisme akan mengatasi nasib para pekerja. Paham ini menyatakan bahwa asas liberal mengenai milik perseorangan (privaatbezit) dan persaingan bebas akhirnya akan memukul para pengusahan kecil dan kekuasaan ekonomi akan jatuh ke tangan golongan yang sangat kecil jumlahnya. Hanya dengan revolusi sosiallah proletariat dengan kelemahan ekonominya itu dapat mengadakan emansipasi. Setelah masyarakat kapitalis itu runtuh maka proletariat industri akan dapat memegang kekuasaan politik, dan dengan kekuasaan tersebut menghapuskan semua kelas.

A.3. Perkembangan Ilmu Filsafat

1. Filsafat di Jerman

Dalam Romantik: timbulnya cara berpikir yang “histories” dan “dialektis:. Kemajuan ilmu-ilmu alam membawa ke arah Positivisme: timbulnya industri besar menimbulkan masalah sosial.

a) Idealisme: konsekuensi logis dari subyektivisme Kant.

- Fichte (1762-1914), pencipta istilah “these-anti-these-synthese”.

- Schelling (1775-1854), filsafat ketidaksadaran.

- Hegel (1770-1831), pantheisme idealistis (identitas realitas dan idealitas, yang secara dialektis memperkembangkan diri menjadi roh mutlak, di lapangan kenegaraan berwujud absolutisme mutlak). Cara “dialektis” dioper oleh Marx dengan konsekuen.

b) Realisme: ajaran Kant diteruskan menurut sudut obyek: Johan Hebart (1776-1841) yang terkenal dalam ilmu jiwa dan Hetman Lotze (1817-1881). Pengikut-pengikut Aristoteles: Trendeleenburg, Brentano (1838-1917)

c) Pesimisme: berarti sengsara, hampa dan kosong.

- Arthur Schopenhauer (1788-1860). Voluntaristis.

- Soren Kierkengaard (1814-1855), bapak “Eksistensialisme” melawan Hegel.

d) Materialisme. Dialektik Hegel diambil, tetapi di balik isinya: Roh Hegel diganti. Yang terpenting:

- Ludwig Feuerbach (1804-1872), Jacob Moleschet, Crl Vogt, Louis Buchner. Di lapangan kemasyarakatan dan kenegaran teori-teori ini dipakai oleh:

- Karl Marx (1818-1883), Historis Materialisme.

- Friederich Engels (1820-1895) dan

- Ferdinand Lasalle (1825-1864), yang mendasarkan Sosialisme.

e) Metafisika. Melawan meterialisme dan perhatian baru bagi metafisika, walaupun masih agak positivis: Custav Fechner (1801-1887), Eduard Von Mertman (1842-1906), Wilhelm Wundt (1832-1920), Rudolf Eduken (1846-1926), Friederich Lange (1828-1875).

f) Friederich Nietzsche (1844-1900) harus disebutkan tersendiri karena ajaran tentang nilai-nilai hidup (Uebermensch, der Willezur Macht, atheistis).

2. Filsafat di Perancis

a) Tradisionalisme dan Fideisme.

Revolusi-revolusi dengan latar belakangnya rasionalisme dan materialisme menimbulkan reaksi-reaksi: Lebih mementingkan dasar-dasar kesusialan, manusia tak dapat mempercayai akalnya sendiri. Satu-satunya kepastian terdapat pada kewibawaan, entah dari manusia (Tradisionalisme), entah dari Tuhan (Fideisme).

- Joseph de Maistre (1782-1921), Louis de Bonald (1754-1840). Felicite de la Menais (1782-1854), Louis Bautain, Augustin Bonety, Ventura, Ubaghs.

b) Spiritualisme. Sifat-sifat kerohanian (la vie de l’esprit) daripada kesadaran manusia diakui dan dipentingkan lagi. M.P. Maini de Biran (1766-1824), yang ppenting buat ilmu jiwa juga, Victor Cousin (1792-1867), Jules Simon, Etienne Vacherot, Ravaisson, Secretan, Gratry, Olle-Laprunne.

c) Positivisme. Reaksi terhadap subyektivisme dan idealisme Hegel, berpangkalan pada asas-asas Kant. Satu-satunya hal yang dapat dimengerti adalah fenomena-fenomena dan hukum-hukum yang ditangkap dengan panca-indera. Apa saja yang mengatasi panca-indera (kebebasan, ada nyawa jiwa, adanya Tuhan, tata kesusilaan dan sebagainya) itu sama sekali tak dapat dimengerti (Agnosticisme). Positivisme sebagai cara berpikir itu sangat mempengaruhi sikap orang. Sangat erat hubungannya juga denagn timbulnya berbagai pendapat baru di lapangan kemasyarakatan (Sosialisme).

- Sosialisme terutama diwakili oleh: Charles Fourier (17772-1873), Claude de Saint-Simon (1760-1825) dan Joseph Froudhen (1809-1865).

- Auguste Comte (1798-1875) menjadikan Positivisme suatu sistem dalam mana sosiologi memperoleh kedudukan istimewa.

- Positivisme diterapkan pada ilmu jiwa dan ilmu sejarah oleh H. Taine, E. Lettre, E. Enan di lapangan sosiologi: Emile Durkheim (1858-1917) dan Levy Bruhl, di Inggris: H. Spencer, di Jerman: Herbart, Fechner, Wundt.

d) Neo-kritissisme: Meneruskan sistem Kant. Charles Renovir (1815-1903), Jules Lachelier (1832-1918).

3. Filsafat di Inggris.

Filsafat Inggris tetap empiristis tetapi dipengaruhi oleh Kristisisme Jerman dan Positivisme Perancis.

- William Hamilton (1788-1856), J. Benthan (1748-1832), James Mill: Utilitarisme.

- John Stuart Mill (1805-1873) meletakkan dasar positivisme Inggris.

- Charles Darwin (1809-1882), teori Evolusi.

- Herbert Spencer (1820-1903), filsafat Evolusi, menjatuhkan Positivisme Stuart Mill dengan Evolusi Darwin lalu diterapkan pada ilmu jiwa, etika dan sosiologi.

4. Neo-Skolastik.

Sebagai lanjutan dari Tradisionalisme maka timbul perhatian baru bagi Skolastik yang terkenal:

- Italia: Buzzoti, Sondi, Taperelli, Liberatore, Sanseverino, Cornoldi, De Ferrari.

- Spanyol: Bames, Gonzales.

- Jerman: Kleutgen, Kuhn, Stocke, Guberlet.

- Perancis: yang terpenting: Desire Marcier (1851-1926)

A.3. Perkembangan Intelektual.

Kehidupan intelektual dalam abad XIX menjadi lebih kompleks daripada dalam abad-abad sebelumya; hal ini disebabkan karena beberapa hal:

1. Daerah tempat filsafat berkembang menjadi lebih luas. Amerika dan Rusia ikut memberikan sumbangan mereka. Juga India menjadi terkenal di Eropa.

2. Ilmu pengetahuan berkembang cepat sekali, terlebih ilmu pengetahuan alam mengalami banyak kemajuan seperti: ilmu kimia, ilmu hayat, ilmu bumi dan perbintangan, ilmu biologi, dan ilmu geologi.

3. Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah masyarakat dan memberikan kepada manusia suatu konsepsi baru tentang kuasa dalam hubungannya dengan alam sekitar.

4. Baik di bidang filsafat maupun di bidang politik ada suatu revolusi yang mendalam terhadap sistem-sistem tradisional dalam pemikiran, politik dan ekom\nomi, yang mangakibatkan adanya serangan-serangan terhadap banyak kepercayaan dan lembaga-lembaga yang hingga kini dipandang sebagai tak tergoyah.

5. Suatu faktor baru yang tampak pada zaman ini ialah dominasi Jerman secara intelektual, yang dimulai dengan Kant. Idealisme Jerman setelah Kant dan filsafat Jerman yang lebih kemudian besar sekali pengaruhnya atas sejarah filsafat di Jerman.

6. Jikalau abad XVII dikuasai oleh pemikiran Galilei dan Newton, maka abad XIX dipengaruhi besar sekali oleh Charles Darwin. Ajaran evolusi biologis dari Darwin merupakan penguatan ilmiah dari kepercayaan akan kemajuan, yang muncul dalam abad XVIII.

Pengertian tentang kemajuan yang didasarkan atas dasar ekonomis yang dapat dipercaya, telah dapat dibuktikan kebenarannya dengan selalu didapatnya sukses di bidang ilmu pengetahuan dan teknik. Masyarakat akan senantiasa bergerak maju dan meningkat. Optimisme dan kepastian akan diri sendiri dari kaum borjuasi ini nanti menjelang akhir abad, apabila keamanan dan perdamaian di Eropa terancam, berubah menjadi relativisme, dan akhirnya, setelah perang dunia yang besar, merosot lagi menjadi pesimisme. Di samping itu juga muncullah paham positivisme, yang pada prinsipnya ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak.

B. Para Filsuf dan Pemikirannya.

1. St. Simon (1760-1825)

Di bawah pengaruh prestasi-prestasi hebat ilmu pengetahuan alam, St.Simon mencoba menerapkan hokum-hukum alam pada bidang sosial dan moral serta sejarah. Kemajuan masyarakat sebagaimana halnya perkembangan individu tunduk pada hukum-hukum umum. Masa Mesir dinyatakan sebagai masa kanak-kanak: kesukaannya pada bangunan-bangunan dan kuburan; masa Yunani sebagai masa pancaroba (puberteit) kecintaannya pada musik dan puisi; periode Romawi sebagai masa dewasa dengan ambisi-ambisi kemiliterannya; sedang masa Sarasen (de tijd der Saracenen) sebagai masa tua’ dengan kekuatan-kekuatan intelektual yang berkembang sepenuhnya.

Di samping itu St. Simon membedakan antara periode organisaasi atau konstruksi dengan masa kritis atau periode revolusi. Masa Socrates adalah masa organisasi, setelah itu menyusullah periode kritis sampai dengan penyerbuan bangsa Barbar. Periode Karel Agung sampai kira-kira tahun 1500 adalah periode organisasi; dengan tampilnya Luther maka mulailah masa kritis yang baru. Abad pertengahan adalah periode organisasi, di mana asas organisasi sosial direalisasikan oleh hubungan yang tepat dari wawasan rohani dan wawasan sementara didasrkan atas doktrin umum.

Dunia Modern juga akan jadi periode organisasi sosial, di mana doktrinnya bukan religius malainkan ilmu pengetahuan. Kekuasaan rohani akan dipegang oleh para terpelajar. Mereka akan memegang peranan penting sebagai organisator, seperti halnya golongan rohaniwan dalan Abad Pertengahan. Religi alam yang baru akan mendesak agama Kristen dan Deisme.

Kelak akan ada tiga kelas yaitu: buruh industri, kaum terpelajar, dan seniman. Kesamaan mutlak adalah tak mungkin, maka ketidaksamaan itu didasarkan atas jasa.Pertumbuhan ke arah itu tidak akan terjadi dengan revolusi, melainkan dengan perubahan secara berangsur-angsur.

2. J.G. Fichte (1762-1814)

Fichte dilahirkan di Rammenau, Jerman. Ia belajar teologia dan filsafat. Dalam waktu empat minggu ia telah berhasil menulis bukunya: Versuch einer Kritik aller Offenbarung, atau “ Usaaha suatu kritik atas segala Wahyu” (1792). Pada tahun 1798 ia menerbitkan karangannya; Ueber den Grund unseres Glaubens an eine gottliche Weltregierung, atau “Tentang Asas Iman kita kepada suatu Pemerintahan Dunia Yang Ilahi”, yang meletuskan perselisihan mengenai ateisme (Atheismusstreit). Menurut dia agama sama dengan pengakuan adanya “the moral world order”.Ia wafat pada tahun 1814.

Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre atau “Ajaran Ilmu Pengetahuan”. Ajaran ilmu pengetahuan ini bukan suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan hubungan ilmu pengetahuan satu per satu, melainkan suatu penyadaran tentang pengenalan itu sendiri, yaitu penyadaran yang metodis dan sistematis di bidang pengetahuan itu sendiri.

Menurut pendapat Fichte, filsafat harus berpangkal bukan dari suatu substansi melainkan dari suatu perbuatan (“Tathandlung”), yaitu Aku Absolut mengiakan dirinya sendiri dan dengan itu mengadakan dirinya sendiri. Dengan kata lain, realitas se4luruhnya harus dianggap menciptakan dirinya sendiri (“self-creating”). Dengan cara inilah Fichte bermaksud juga memperdamaikan pertentangan antara rasio teoretis dan rasio praktis yang terdapat dalam filsafat Kant. Rasio teoretis tidak dapat ditempatkan pada aawal mula, tetapi didahului dan dirangkum oleh suatu perbuatan. Oleh karena itu, filsafat Fichte disebut idealisme praktis.

Adapun aktivitas tak terhingga dari Aku Absolut ditemukannya dengan refleksi atau pemikiran kembali seperti yang tersirat di dalam tiap pengetahuan. Aku Absolut akan menghasilkan suatu non-aku. Karena itulah Fichte mengatakan bahwa “non-aku” (alam semesta) merupakan buah hasil aktivitas Aku Absolut dan juga aku terhingga merupakan hasil aktivitas itu.

Dengan secara diakletis (yaitu berpikir dengan dengan mempergunakan tese, antitese dan sintese) ia mencoba menjelaskan adanya benda-benda. Ia mengemukakan adanya tiga dalil: 1)Ego atau “Aku” mang-ia-kan dirinya sendiri, atau Ego meneguhkan bahwa ia ada. Inilah tesenya. 2) Ego meneguhkan adanya yang “Bukan Ego”. Inilah antitesenya. Oleh karena Ego sekarang benar-benar tidak lagi tunggal, tetapi ada Ego yang dapat dibagi-bagi. 3) Ego di dalam kesadarannya berhadaapan muka dengan suatu dunia. Perbedaan dan kesatuan telah memasuki pengalamannya. Inilah sintesenya.

3. G.W.F. Hegel (1770-1831)

Hegel dilahirkan di Stuttgart pada tahun 1770. Pada tahun 1788 ia menjadi mahasiswa teologia di Tubingen, tempat ia berteman dengan Schelling dan Holderlin. Sekarang Hegel mencoba mengerti, bahwa sintese yang mutlak aantaara subyek dan obyek bukanlah hal yang terbatas yang telah menjadi tidak terbatas di seberang sana, yaitu seberang hidup ini, melainkan suatu “keberadaan” di dalam “ketiadaan” di dalam yang mutlak. Refleksi aakal aaaaatau pemikiran dengan aaakaal meng-ia-kan keterbatasan, dan membangkitkan perlawanan-perlawanan.

a. Rasio, Ide, Roh

Hegel sangat mementingkan rasio (akal). Bukan saaja rasio pada perorangan, tetapi juga dan terutama rasio pada Subyek Absolut, karena Hegel pun menerima prinsip idealistis bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subyek. Suatu dalil Hegel yang kemudian menjadi terkenal berbunyi: "Semuanya yang real bersifagt rasional dan semuanya yang rasional bersifat real”.

Manusia berpikir dan berusaaha mencapai tujuannya, namun secara tidak sadar dan tidak dikehendaki, mereka memenuhi suatu tujuan umum, yaitu: perwujudan ide. Realisasi diri dari ide terjadi menurut tiga skema yaitu: tesis, antitesis, sintesis. Sedangkan realisasi diri dari Roh di dalam waktu ini adalah pernyataan yang semakin maju dari pikiran bebas.

b. Dialektika

Untuk menguraikan filsaafatnya, Hegel menggunakan metode dialektika. Atau dengan lebih tepat dapat dikatakan bahwa dalam realitas berlangsung suatu dialektika. Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Ada suatu fase pertama (tesis) yang menampilkan laawanya (antitesis), yaitu fase kedua. Akhirnya timbullah fase ketiga yang memperdamaikan fase pertama dan fase kedua (sintesis). Dalam sintesis itu tesis dan antitesis menjadi “aufgehoben” (artinya dicabut, ditiadakan). Maksudnya dalam sintesis masih terdapat tesis dan antitesis, tetapi kedua-duanya diangkat kepada tingkatan baru atau mendapat eksistensi baru.

c. Sejarah

Hegel memberikan tempat khusus kepada sejarah. Segala perkembangan, jadi juga kenyataan histories, berlangsung menurut ketiga ritme dialektis ini. Sejarah menurut Hegel tidak lain adalah perwujudan (gestaltewording) Ide di dalam waktu, dengan mana Ide sampai pada dirinya sendiri.

Sejarah manusia tidak berakhir dalam arti bahwa tidak lagi ada hari depan untuk manusia. Tetapi sejarah sudah mencapai penghabisannya dalam arti bahwa tidal lagi akan terjadi sesuatu yang sungguh-sungguh baru. Mulai kini sejarah hanya dapat mengulangi saja bentuk atau stadium lama.

4. F.W.J. Schelling (1775-1854)

Schelling sudah mencapai kematangan sebagai filsuf pada waktu usia masih muda. Pada tahun 1798, usianya baru 23 tahun, ia menjadi professor di Jena. Semula ia belajar teologi di Tubingen, di mana ia berkenalan dengan Hegel. Pada waktu ia berusia 17 tahun ia telah menulis suatu disertasi tentang BAB III dari Kitab Kejadian (bagian Kitab Taurat). Pada tahun 1854 ia meninggal dunia di Bad Ragaz dalam keadaan kesepian dan dilupakan.

Para sejarawan filsafat membedakan beberapa periode dan perkembangan pemikiran Schelling menjadi tiga, bahkan ada ada yang mengatakan lima tahap. Ketiga tahap itu ialah: a) tahap filasafat alam, b) tahap filasafat identitas dan c) tahap filsafat wahyu atau filsafat positif. Antara tahap yang satui tidak dapat dipisahkan dengan tahap yang lain.

Di dalam filsafat alamnya Schelling berpangkal dari gagasan, bahwa jikalau kita mulai berefleksi atau memikirkan pengetahuan kita, kita senantiasa membedakan antara obyek atau sasaran yang di luar kita dan penggambaran yang subyektif itu kemudian menjadi sasaran pemikiran kita. Pandangan Schelling tentang Alam yang demikian itu dikokohkan dengan suatu teori tentang Yang Mutlak. Yang Mutlak ini pada dirinya adalah suatu aktivitas-pengenalan yang bersifat kekal, yang terjadi terus-menerus.

Menurut Schelling, aktivitas yang kekal itu digambarkan terjadi dalam 3 tahap. Di dalam tahap pertama Aku Mutlak mengobyektir dirinya dalam Alam yang ideal, artinya: di dalam Alam sebagai pola umum atau suatu kesatuian yang hidup (natura naturans). Tahap ketiga Yang Mutlak sebagagi obyek, sebagai yang dipisahkan, diubah bentuknya menjadi Aku Mutlak yang bersifat subyektif, yang secara lahiriah diungkapkan di dalam aalam-penggambaran, yaitu alam ideal dari pengetahuan manusia. Tahap ketiga terjadi suatu sintese. Di sini Aku Mutlak yang obyektif dan Aku Mutlak yang subyektif mewujudkan satu kesatuan lagi.

Di dalam bukunya System des transzendentalen Idealismus, atau “Sistem tentang Idealisme yang Transedental” (1800) Schelling pindah dari filsafat alam ke filsafat transcendental, dan dari situ ke filsafat identitas. Di dalam filsafat transedental dibicarakan bagaimana Aku merealisasikan diri sebagai kehendak. Bagian lain dari filsafat transedental adalah filsafat seni, dengannya Schelling berusaha mendapatkan suatu tempat, di mana identitas antara yang tidak sadar dan yang sadar, antara yang nyata dan yang ideal, diungkapkan bagi Aku sendiri, dengan suatu cara yang konkrit. Tempat itu didapatkan di dalam instuisi yang estetis.

Di dalam bukunya Darstellung meines Systems, atau “Penguraian Sistemku” (1801) Schelling kembali kepada Rasio (Vernunft). Pengenalan akan benda-benda itu seperti adanya di dalam Rasio. Rasio di sini adaalah Rasio Mutlak atau Rasio sejauh dipahami sebagai Indeferensi total (di mana tiada pembedaan sama sekali) dari yang subyektif dan yang obyektif.

Di dalam bukunya yang lain Philosophie und Religion, atau “Filsafat dan Agama” (1804) Schelling memberi arti yang besar kepada agama dan filsafat. Di sini ia membicaraakan tentang kesatuan antara idealistis dan realitas di dalam Allah sebagai Yang Mutlak.

5. Arthur Schopenhauer (1788-1868)

Schopenhauer dilahirkan di Danzig dari keluarga pedagang besar. Ia belajar di Gottingen dan Berlin. Ia mempelajari filsafat, fisologi, kimia, fisika, botani, anatomi, fisiologi, geografidan astronomi. Sejak tahun 1813 ia mulai menulis buku-bukunya.

Karya pokoknya diterbitkan tahun 1819, yaitu Die Welt als Wille und Vorstellung, atau “Dunia sebagai Kehendak dan Gaaagasan”. Pangkal pikirannya adalah filsaafat Kant yang mengajarkan, abahwa yang kita ketahui dari segala sesuatu hanyalah penampakan-penampakan saja. Perbedaan antara Kant dan Schopenhauer terletak dalam ajaran tentang benda dalam dirinya sendiri (Ding an sich). Menurut Schopenhauer, dunia adalah suatu gagasan.Dari dunia sebagai gagasan itu tiada jalan yang menuju kepada dunia dalam dirinya sendiri.

Schopenhauer berpendapat bahwa realitas seluruhnya bersifat subyektif. Tetapi ia tidak menyetujui bahwa idealisme menyetarafkan realitas seluruhnya dengan roh atau rasio. Schopenhauer berpendapat bahwa realitas menurut hakekatnya yang terdalam adalah kehendak. Dalam diri manusia “kehendak metafisis” itu mencapai taraf kesadaran. Tetapi pada manusia menjadi nyata juga bahwa kehendak itu tidak pernah dapat dipuaskan.

Bertentangan dengan Fichte, Schelling dan Hegel, Schopenhauer mempunyai pandangan dunia yang betul-betul pesimistis. Hidup sebagai manusia selalu berarti juga mengalami kesengsaraan. Namun demikian, ada dua jalan untuk mengatasi keadaan itu: suatu jalan estetis (melalui kesenian, khususnya musik) dan jalan etis (melepaskan diri dari setiap macam keinginan).

6. August Comte (1798-1857)

Filsafat Positivisme diantarkan oleh A. Comte. Yang dilahirkan di Montpellier pada tahun 1798 dari keluarga pegaawai negeri yang beragama Katolik. Karyanya yang pokok, yang sistematis, adalah Cours de philosophie positive, atau “Kursus tentang Filsafat Positif” (1830-1842), yang diterbitkan dalam 6 jilid.

Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap atau 3 zaman, yaitu zaman teologis, zaman metafis dan zaman ilmiah atau zaman positif. Perkembangan yang demikian itu berlaku baik bagi perkembangan pemikiran perorangan, maupun bagi perkembangan pemikiran seluruh umat manusia.

1) Pada zaman atau tahap teologis orang mengarahkan rohnya kepada hakekat “batiniah” segala sesuatu, kepada “sebab pertama” dan “tujuan terakhir” segala sesuatu. Jadi orang masih percaya kepada kemungkinan adanya pengetahuam atau pengenalan yang mutlak. Pada taraf pemikiran ini terdapat lagi 3 tahap, yaitu: a) tahap yang paling bersahaja atau primitif, ketika orang menganggap, bahwa segala benda berjiwa (animisme); b) tahap ketika orang menurunkan kelompok-kelompok hal-hal tertentu seluruhnya masing-masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati, sehingga tiap kawasan gejala-gejala memiliki dewa-dewanya sendiri (politeisme); c) tahap yang tertinggi, ketika orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi, yaitu dalam monoteisme.

2) Zaman yang kedua, yaitu zaman metafisika, sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologis. Sebab kekuatan-kekuatan yang adikodrati atau dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan yang abstrak (berupa pengertian-pengertian atau dengan pengada-pengada yang lahiriah), yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut alam, dan yang dipandang sebagai asal segala penampakan atau gejala yang khusus.

3) Zaman positif (Positivisme) adalah zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis.

Comte membagi segala gejala pertama-tama dalam gejala-gejala yang terdapat dalam segala yang anorganis, dan baru kemudian gejala-gejala yang terdapat dalam segala yang organis. Segala gejala yang organis baru dapat dipelajari, jikalau segala yang anorganis telah dikenal. Ajaran tentang segala sesuatu yang anorganis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: astronomi, yang mempelajari segala gejala umum dari jagat raya; dan fisika dan kimia, yang mempelajari gejala-gejala anorganis di bumi. Ajaran tentang segala yang organis juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu: proses-proses yang berlangsung pada individu-individu dan proses-proses yang berlangsung dalam jenisnya, yang lebih rumit.

Menurut Comte ilmu pasti adalah dasar segala filsafat. Dalam hal ini ia setuju dengan Descrates dan Newton. Hal ini disebabkan karena ilmu pasti memiliki dalil-dalil yang paling bersifat umum, yang paling sederhana dan paling abstrak. Psikologi tidak diberi tempat dalam sistem Comte. Hal ini disebabkan, karena manusia tidak dapat menyelidiki dirinya sendiri.

7. Ludwig Feuerbach (1804-1872)

Feuerbach adalah salah seorang dari sayap kiri pengikut Hegel. Menurut Feuerbach, hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu manusia aadalah makhluk alamiah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiahnya, yaitu dorongan untuk hidup. Yang terpenting pada manusia bukan akalnya, tetapi usahanya, sebab pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan segala usaha manusia berhasil. Kebahagian manusia dapat dicapai di dunia ini. Oleh karena itu agama dan metafisika harus ditolak.

Ia mengkritik agama, pertama-tama dengan alat-alat psikologis. Salah satu karyanya ialah Das Wesen des Christentums, atau “Hakekat Agama Kristen” (1841). Menurut dia, agama timbul keluar dari hakekat manusia sendiri, yaitu dari sifat egoismenya.

8. John Stuart Mill (1806-1873)

J.S. Mill mencoba memberikan suatu dasar psikologis dan logis kepada positivisme. Menurut Mill, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan dasar yang menjadi asas bagi filsafat. Di dalam hal ini pandangannya berbeda dengan pandangan Comte. Tugas psikologi ialah menyelidiki apa yang yang disajikan oleh kesadaran, artinya: penginderaannya kita dan hubungan-hubungannya. Adapun tugas logika ialah membedakan hubungan gagasan-gagasan yang bersiofat kebetulan daripada hubungan gagasan-gagasan yang tetap dan yang menurut hokum.

Mill membedakan antara ilmu penmgetahuan alam dengan ilmu pengetahuan rohani. Yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan rohani ialah psikologi, ajaran tantang kesusilaan (etologi) dan sosiologi. Ilmu sejarah termasuk ilmu pengetahuan alam, artinya: Mill bermaksud meningkatkan ilmu sejarah hingga menjadi ilmu eksakta.

Di dalam etika (ilmu kesusilaan) Mill menuju kepada hubungan timbal-balik di antara individu dan masyaraakat, atas dasar utilitarisme. Ia berpangkal kepada pertimbangan-pertimbangan psikologis. Selain itu, J.S. Mill juga penting artinya bagi sosiologi dan ekonomi nasional.

9. Charles Robert Darwin (1809-1882)

Darwin mengajarkan dua hal, yaitu: evolusi dan perang untuk hidup (the struggle life). Darwinlah orang yang berhasil menjadikan gagasan tentang evolusi menguasai seluruh ilmu pengetahuan. Ia berpangkal kepaaada a) gejala-gejala biologis yang terus berubah, yang tampak pada segala makhluk hidup, b) hokum pewarisan dan c) keturunan yang berlebih-lebihan.

Dilihat dari segi sejarah, yang menarik ialah pengluasan aajaran Darwin itu di seluruh kehidupan ekonomi. Menurut dia, kuasa yang mendorong evolusi adalah semacam ekonomi biologis dalam dunia kompetisi bebas. Teorinya membawa konsekuensi-konsekuensi yang luas kepada liberalisme yang tradisional.

10. Karl Marx (1818-1883)

Marx dalam histories-materialismenya bertolak dari kemasyarakatan yang histories: dunia rohani timbul dari itu. Dilihat dari segi ekonomis, maka kenyataan masyarakat dikuasai oleh hubungan-hubungan segi ekonomis, maka kenyataan masyarakat dikuasai oleh hubungan-hubungan produksi (prodoctieverhoudingen); ini juga merupakan basis struktur politik, sosial, maupun keagamaan dari masyarakat bahkan dari seluruh kehidupan kultural.

Masyarakat borjuis kapitalis sekarang, seperti halnya periode-periode yang mendahuluinya, mengandung antagonisme sosial, yang disebabkan oleh cara-cara produksi kapitalistis. “Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah pertentangan kelas”.

Dengan adanya perkembangan yang hebat dari kekuasaan industri dan ilmu pengetahuan maka timbullah kontras yang tajam. Antagonisme industri modern dan ilmu pengetahuan di satu pihak; dan kemiskinan dan korupsi di lain pihak. Ini menyebabkan adanya antagonisme sosial atau pertentangan kelas, yaitu dua kelompok yang saling bertentangan, borjuasi dengan proletariat, tuan dengan budak, penindas dengan yang tertindas. Proletariat, bangsa terpilihnya histories-materialisme, adalah satu-satunya kekuatan revolusioner yang mempunyai potensi untukmenumbungkan masyarakat kapitalistis dan untuk membangun masyarakat komunistis yang dicita-citakan.

11. Herbert Spencer (1820-1903)

Spencer dilahirkan di Derby dan menjadi fisuf yang paling berpengaruh dalam abad XIX. Karya hidupnya diselesaikan dalam 10 jilid, yaitu A System of Synthetic Philosophy, atau “Suatu Sistem Filsafat Sintetis” (1862-1896).

Di dalam bagian pertama bukunya, ia memberikan suatu pembimbing ke dalam positivisme, seperti yang dilakukan oleh Comte. Menurut dia, keterangan tentang dunia, baik yang bersifat religius maupun yang bersifat metafisis, kedua-duanya menimbulkan hal-hal yang secara batiniah saling bertentangan. Keduanya ingin memberi penjelasan tentang asal mula segala sesuatu.

Tugas filsafat ialah menyatukan secara sempurna gejala-gejala itu, untuk itu diperlukan adanya suatu asas pusat yang dinamis. Asas dinamis kenyataan itu adalah “hokum perkembangan” (evolusi). Hukum-hukum ini oleh Spencer dirumuskan sebagai berikut: “Perkembangan adalah suatu pengintegrasian dari benda, di mana selama pengintegrasian itu benda berpindah dari suatu kebersamaan (homogenitas) yang tak tertentu, yang tanpa gabungan, ke dalam suatu keanekaragaman (heterogenitas) tertentu, yang menampakkan hubungan dan di mana gerak yang menyertainya juga mengalami perubahan yang sama”.

C. Positivisme

Pada abad XIX timbullah filasafat yang disebut Positivisme. Nama positivisme diintroduksikan A. Comte dalam perbendaharaan kata filosofis. Barang tentu, nama ini berasal dari kata “positif”. Di sini kata “positif” sama artinya dengan faktual (apa yang berdasarkan fakta-fakta). Paham ini muncul di Prancis yang dipelopori oleh August Comte (1798-1857). Menurutnya untuk menciptakan masyarakat baru yang serba teratur, maka perlu adanya perbaikan jiwa atau budi terlebih dahulu. Dengan demikia pada prinsipnya zaman positif adalah zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis.

Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Sudah nyata kiranya bahwa dengan demikian ilmu pengetahuan empiris diangkat menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan pada umumnya. Filsafat juga harus meneladani contoh itu. Oleh karenanya tidak mengherankan, bila positivisme menolak cabang filsafat yang biasanya disebit metafisika.

Menanyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, bagi positivisme tidak mempunyai arti apa pun juga. Ia tidak lagi mau melacak asal dan tujuan terakhir seluruh alam semesta ini, atau melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hokum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau disajikan kepadanya yaitu dengan pengamatan dan dengan memakai akalnya.

Pada zaman ini pengertian “menerangkan” berarti: fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta yang umum. Tujuan tetinggi dari zaman ini akan tercapai, bilamana segala gejala yang telah dapat disusun dan diatur di bawah satu fakta yang umum saja. Ilmu pengetahuan, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungannya yang terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat ialah mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan memperlihatkan kesatuan anatara begitu banyak ilmu yang beraneka ragam coraknya.

Tentu saja, maksud positivisme bersangkut paut dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme juga mengutamakan pengalaman. Tetapi harus ditambah bahwa positivisme membatasi diri pada pengalaman oyektif saja, sedangkan empirisme Inggris menerima juga pengalaman batiniah atau subyektif sebagai sumber pengetahuan.

Premis-premis positivisme menenggelamkan usaha kreativitas ilmu-ilmu sosial untuk menyusun bangunan metodologi yang lebih mapan. Beberapa usaha yang mencoba untuk keluar dari cengkeraman itu adalah ilmu-ilmu fenomologi, hermeneutika, dan Teori Kritis. Ketiga pendekatan ini berusaha keras menampilkan perpektif pengetahuan yang keluar dar jerat obyektivitas yang dipakai positivisme. Peranan subyek pengetahuan yaitu manusia, ditempatkan lebih tinggi.

Relevansi Positivisme Bagi Ilmu Informasi dan Perpustakaan.

Dalam pandangan Positivisme bahwa apa yang akan kita sampaikan haruslah berdasarkan pada faakta-fakta aatau yang telah diketahui. Oleh karenanya, dalam penyampaian informasi kepada semua orang haruslah sesuai dengan fakta bukan merupakan suatu berita bohong yang dapat dijadikan sebagai kebohongan publik. Karena informasi sendiri akan selalu dikonsumsi oleh masyarakat khususnya bagi masyarakat yang selalu mengikutu arus perkembangan informasi terutama makin berkembangnya teknologi informasi seperti sekarang ini. Setiap orang dapat mengakses informasi secara cepat, akurat dan setiap saat dapat melalui internet yang sekarang ini lagi booming. Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi juga mempunyai peranan dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat.

Goonatilake menyatakan bahwa evolusi manusia memperlihatkan bagaimana informasi berperan di tiap tingkatan perubahan (sesuai dengan teori evolusi Darwin). Dalam hal ini, kita bisa melihat setidaknya ada tiga perubahan besar pada kehidupan manusia yang masing-masingnya memperlihatkan peran informasi di dalamnya. Pertama, ketika manusia mengenal tulisan dan mesin cetak sehingga informasi bisa bergerak bebas dalam jumlah besar. Kedua, ketika manusia mengenal sistem perpustakaan modern, yang memungkinkan informasi terakumulasi dan terpakai kembali oleh sebanyak mungkin orang. Ketiga, ketika kegiatan ekonomi menjadi demikian besarnya sehingga kebutuhan akan informasi menjadi tak terelakkan.

KESIMPULAN

Perkembangan kehidupan pada abad XIX ditandai dengan terjadinya Revolusi Industri di Perancis. Adanya Revolusi Industri ini muncullhah industrialisasi secara besar-besaran dan mengubah semua tatanan kehidupan manusia yang lebih maju di segala bidang kehidupan. Kegiatan manusia yang dulu dikerjakan dengan menggunakan tangan diganti dengan mesin. Alat mesin dapat mempersingkat kerja dan memberi lebih banyak keuntungan, tetapi juga dapat menyebabkan kelaparan dan kerja lembur. Manusia menjadi tuan dari alam, tetapi bersamaan itu menjadi budak manusia lainnya. Muncullah kaum Proletariat sebagai kekuatan revolusioner yang memperjuangkan nasib kaum budak dengan menumbangkan masyarakat kapitalistis.

Selama abad XIX kebudayaan bersifat sangat pluralistis, dan tidak merupakan kesatuan ungkapan-ungkapan hidup, tak mempunyai gaya. Di samping pelbagai aliran dari materialisme-naturalisme, idealisme hidup kembali, dan disamping rasionalisme juga ada antirasionalisme. Sebagai reaksi dari rasionalisme, yang membuat manusia sampai pada suatu abstraksi dan sejarah sampai pada suatu skema, muncullah gerakan Romantik, yang membangkitkan kembali minat pada masa silam.

Apabila abad XVII adalah abad ilmu pengetahuan, abad XVIII sebagai abad akal, maka abad XIX dapat disebut sebagai abad sejarah. Pengolahan sejarah dan pandangan sejarah mulai dihidupkan kembali. Karena pengolahan sejarah maka lama-kelamaan timbul bentuk pemikiran jistoris tersendiri.Cara pemikiran ini menuntut antara lain pengolahan sumber-sumber secara mendalam dan kritis. Di bawah perspektif histories segala realitas memperoleh sifat sementara (temporair), berubah-ubah dan relatif. Historisme yang merelatifkan segalanya ini dirasakan sebagai suatu bahaya, dan pemikiran modern berusaha mengatasinya. Historisme juga dianggap sebagai suatu perpanjangan penemuan sejarah sebagai lapangan persoalan.

Dalam abad XIX positivisme, histories-materialisme, dan evolusionisme akan sangat berpengaruh atas pandangan dunia dan pandangan sejarah. Banyak juga para tokoh filsuf dengan hasil pemikirannya juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu filsafat selanjutnya. Comte memandang manusia hanya sebagai hasil kausalitas mekanis, sedang Marx menarik segala gejala kesadaran dari hubungan-hubungan ekonomis (economische verhoudingen), Darwin di dalam ajaran evolusinya mengemukakan postulat bahwa manusia dengan jiwanya tak dapat dideduksikan dari sesuatu lain. Proses profanisasi ini hanyalah salah satu pantulan perkembangan kultur dalam keseluruhannya. Sekali dibebaskan dari ikatan keagamaan dan didorong oleh hubungan-hubungan sosial ekonomis yang baru, maka ilmu pengetahuan dan filsafat dapat maju dengan pesatnya.

Pada abad XIX sendiri muncullah aliran filsafat yang disebut Positivisme, yang diturunkan dari kata “positif” dan dipelopori oleh A. Comte. Filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang di luar apa yang ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu metafisika ditolak. Apa yang kita ketahui secara positif adalah segala yang tampak, segala gejala. Demikianlah Positivisme membatasi filsafat dan ilmu pengetahuan kepada bidang gejala-gejala saja.

Positivisme merupakan paham yang mangasusimkan bahwa secara aksiologis pengetahuan yang sahih hanyalah pengetahuan yang tentang fakta yang obyektif jauh dari segala kepentingan. Pengetahuan bagi positivisme hanyalah berusaha mengungkapkan problema alam dan social secara obyektif dan bebas nilai. Bebas nilai yang dimaksud adalah tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.

Apa yang dapat kita lakukan ialah: segala fakta, yang menyajikan diri kepada kita sebagai penampakan atau gejala, kita terima seperti apa adanya. Sesudah itu kita berusaha untuk mengatur fakta-fakta tadi menurut hukum tertentu; akhirnya dengan berpangkal kepada hukum-hukum yang telah ditemukan tadi kita mencoba melihat ke masa depan, ke apa yang akan tampak sebagai gejala dan menyesuaikan diri dengannya. Hubungan yang tetap yang tampak dalam persamaan itu disebut “pengertian”, sedang hubungan-hubungan tetap yang tampak pada urutanya disebut “hukum-hukum”.

Kesamaan positivisme dengan empirisme seperti yang timbul di Inggris, terdapat di dalam hal ini, bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya terletak di sini, bahwa positivisme hanya membatasi diri pada pemgalaman-pengalaman obyektif, tetapi empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman yang subyektif.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu dan Logika. Surabaya: Laboratorium Humaniora TPB UNAIR, 2007.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta: Kanisius, 1980.

K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Kartodirdjo, Sartono. Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat Dan Timur : Penjelasan Berdasarkan Kesadaran Sejarah. Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1990.

Salam, Burhanudin. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Sudarsono. Ilmu FILsafat : Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

makalah

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi bukan hal yang baru di dunia perpustakaan dewasa ini, aplikasi teknologi di perpustakaan bukan hal yang tidak mungkin lagi apalagi taknologi informasi. Dukungan teknologi informasi di perpustakaan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas perpustakaan, baik dari pelayanan hingga manajemen organisasi.

Masyarakat semakin berkembang seiring berkembangnya teknologi informasi. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan akan informasi semakin tinggi dan semakin sibuk serta semakin tinggi tingkat mobilitasnya, masyarakat semakin tergantung dengan taknologi informasi dalam membantu kegiatannya. Kebutuhan akan informasi juga akan semakin tinggi dengan tingkat mobilitas masyarakat. Mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat, tidak terlepas dari pengaruh teknologi informasi yang sangat mendukung dalam kegiatan akademiknya.

Teknologi seluler semakin berkembang dan memanjakan pengguna. Sebagian besar masyarakat menggunakan teknologi seluler untuk keperluan komunikasi, baik dengan keluarga, teman atau rekan bisnis. Kemajuan teknologi dewasa ini lebih berorientasi kepada pengguna.

Perpustakan sebagai salah satu pusat informasi di masyarakat, memiliki informasi yang potensial untuk kebutuhan masyarakat penggunanya. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki karakter penggunanya dari kalangan mahasiswa, akademik, dan staff universitas, harus memiliki strategi yang baik agar informasi yang dimilikinya dapat tersalurkan kepada pengunanya. Dalam penyalurannya dapat menggunakan teknologi informasi yang sesuai dengan karakter dari pengguna.

Salah satu alat bantu temu kembali koleksi di perpustakaan adalah menggunakan katalog. Di dalam katalog terdapat informasi mengenai koleksi yang dicari,mulai dari judul sampai lokasi tempat koleksi diletakkan. Dengan penggunaan teknologi katalog tidak saja berbentuk kartu dan tersusun di rak katalog, tetapi dapat berupa katalog online baik dengan menggunakan computer atau dengan teknologi seluler.

UNAIR merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia bagian timur, memiliki perpustakaan yang memiliki koleksi yang memadai dan cukup baik sebagai sontoh penerapan teknologi katalog menggunakan teknologi seluler atau Katalog Mobile berbasis WAP menggunakan PHP dan MySQL. Penggunaan bahasa PHP dan database MySQL merupakan paduan yang umum di kalangan pemrogram. Teknologi WAP(Wireless Aplikasi Protokol) ditujukan untuk aplikasi menggunakan teknologi seluler baik berupa telepon genggam (handphone), PDA(Personal Data Assistant), atau laptop yang terkoneksi dengan internet.

Sebagian besar mahasiswa memiliki perangkat seluler baik berupa telepon genggam (handphone), atau PDA sehingga penerapan aplikasi Katalog Mobile berbasis WAP menggunakan PHP dan MySQL dapat dengan mudah diterapkan, dengan syarat sudah mendukung teknologi GPRS/WAP.

Dengan penggunaan teknologi katalog mobile bebasis WAP menggunakan PHP dan MySQL dapat meiningkatkan temu kembali koleksi dan kemudahan dalam mengakses katalog di mana pun dan kapan pun oleh penggunanya. Teknologi ini juga membantu dalam efeksifitas di perpustakaan, tidak harus antri di katalog online (OPAC) atau di rak katalog. Teknologi ini juga memungkinkan pemesanan koleksi lewat katalog mobile, dan mengatahui status dari koleksi yang ada, apakah terpinjam atau tidak.

1.2. Perumusan masalah

Bagaimana merancang dan membuat sistem aplikasi katalog mobile berbasis WAP menggunakan PHP dan MySQL.

1.3. Batasan masalah

¨ Sistem aplikasi WAP tersebut dibuat dan disimulasikan menggunakan emulator Openwave

¨ Bahasa pemrograman yang digunakan HTML, PHP, WML

¨ Database yang digunakan MySQL

¨ Pada sistem aplikasi tersebut tidak dibahas tentang sistem keamanan, sistem keamanan hanya sebatas pada login.

1.4. Tujuan

· Dapat membantu perpustakaan dlam pemanfaatan taknologi informasi

· Dapat merancang dan membuat sistem aplikasi Katalog Mobile berbasis WAP menggunakan PHP dan MySQL

· Dapat memanfaatkan teknologi WAP

· Memudahkan mahasiswa dalam mengakses katalog dari manapun, kapan pun, menggunakan taknologi seluler

· Meningkatan ketepatan dan temu kembali koleksi

2. Landasan teori

2.1 M- commerce

Pada dasarnya M-commerce sama dengan E-commerce, hanya beda peralatan yang digunakan, E-commerce menggunakan jaringan telepon untuk bisa mengakses. Pengerrtian M-commerce meliputi suatu cakupan yang luas dari proses bisnis interaktif yang terjadi sebelum dan setelah transaksi penjualan yang sesungguhnya. Pengertian lainnya yaitu memusatkan atas kemungkinan transaksi bisnis melalui wierless devices(Simmarmata,2006).

2.2. WAP (Wireless Application Protocol)

WAP merupakan suatu protokol untuk membuat aplikasi wireless yang memberikan bagi pengguna peralatan bergerak / mobile device (telepon seluler) untuk mengakses ke intenet.

WAP adalah standar industri yang dikembangkan oleh sekelompok pabrik telekomunikasi, operator telekomunikasi, perusahan-perusahan software dan penyedia layanan(Simmarta,2006). WAP merupakan suatu standar protokol yang dibuat untuk mengatasi keterbatasan dari wireless devices seperti telepon seluler dan PDA.

Bertujuan untuk mendifisinikan standar untuk komunikasi internet pada alat yang mempunyai wujud yang sama dengan telepon seluler. Dengan kata lain WAP merupakan suatu protokol internet yang hanya dapat bekerja pada telepon seluler yang memiliki teknologi WAP.

Dalam pemrogramannya digunakan WML dan WMLScript, dimana untuk WML adalah suatu bahasa Markup yang digunakan untuk menjalankan script yang terdapat pada WML.

2.3. Database MySQL

Menggunakan database mysql dikarenakan cepat, mudah untuk digunakan (easy-to-use), dan sebagai sistem manajemen database relasional (RDBMS) yang digunakan untuk database pada beberapa web site. Mysql merupakan suatu database pupoler dengan pengembang Web (Web Developer)

MySQL menggunakan bahasa standart SQL (Structure Query Language) sebagai bahasa intertaktif dalam mengelola data.

. Keungulan database mysql antara lain(Simmarta,2006):

¨ Cepat. Tjuan utama dari pengembangan MySQL adalah kecepatan, sebagai konsekuensi software yang dirancang untuk kecepatan.

¨ Tidak mahal. MySQL adalah Cuma-Cuma dibawah liusensi GPL (General Public Licence) open source, sementara pembiayaan untuk licensi komersialnya sangatlah pantas.

¨ Mudah digunakan. Dapat membangun dan berinteraksi dengan database MySQL hanya dengan sedikit pernyataan (statement) sederhana dalam bahasa SQL, yang menjadi bahasa standar untuk komunikasi dengan RDBMS (relation database majement system).

¨ Dapat berjalan pada beberapa sistem operasi. MySQL berjalan pada sistem yang beragam, seperti Windows, Linux, Mac OS, kebanyakan variasi Unix(termasuk Solaris, AIX, dan DEC Unix), FreeBSD, OS/2, Irix, dan lainnya.

¨ Dukungan teknis secara luas tersedia. MySQL menyediakan dukungan secara Cuma-Cuma untuk pengguna via mailing list. Pengembang MySQL juga berpatisipasi di dalam email list, dan juga dapat membeli dukung teknios dari MySQL AB.

¨ Aman. MySQL adalah sistem otorasi8 flelsibel yang mengijinkan beberapa atau semua privilege database.

¨ Mendukung database yang besar. MySQL mendukung database sapai 50 juta baris atau lebih. Batasan ukuran file secara default untuk tabel adalah 4GB, tetapi dapat dinaikkan hingga 8 TB (terabytes) jika sistem operasi mendukung.

2.4. PHP

PHP adalah bahasa yang dirancang khusus untuk pengguaan pada Web. PHP (HyperText Preprocessor) yang pada awal pengembangannya oleh Ramus Lerdorf, disebut sebagai Tools Personal HomePage (Arbi,2004). Sintaks bahasa PHP sama seperti sintaks C, hanya lebih sederhana dan dirancang utnuk program Web sites. PHP memproses seluruh perintah yang berada dalam skrip PHP didalam web server dan menampilkan outputnya ke dalam web broser klien yang berupa HTML ataupun output lainnya sesuai dengan kenginan pemrogram.

Keunggulan dari PHP antara lain(Arbi,2004):

¨ Cepat. Karena ditempelkan (embedded) di dalam kode HTML, sehingga waktu tanggap menjadi pendek.

¨ Tidak mahal (gratis). Pada kenyataannya PHP adalah gratis dan bisa mendapatkan tanpa harus membayar (freeware)

¨ Mudah digunakan. PHP berisi beberapa fitur khusus dan fungsi yang dibutuhkan untuk membuat halaman Web dinamis. Bahasa PHP dirancang untuk dimasukan dengan mudah di dalam file HTML.

¨ Berjalan pada sistem operasi. PHP dapat berjalan pada berbagai sistem operasi, seperti Windows, Linux, Mac OS, dan kebanyakan variasi dari Unix.

¨ Dukungan teknis tersedia secara luas. Pengembang PHP menyediakan dukungan gratis via meiling list.

¨ Aman. Pengguna tidak akan melihat kode PHP, karena kode yang ditampilkan pada browser adalah kode HTML.

¨ Dirancang untuk mendukung database. PHP meliputi kemampuan yang dirancang untuk berinteraksi dengan database tertentu.

¨ Customizable. Lisensi open source sehingga mengijinkan para pemrogram untuk memodifikasi software PHP ssesuai kebutuhan.

TABEL Statistik penggunaan bahasa pemrograman (Syafii,2005:12)

2.5. HTML (Hypertext Markup Language)

HTML adalah bahasa pendiskripsi halaman yang menciptakan dokumen-dokumen hypertext atau hypermedia. HTML memasukkan kode-kode pengendali dalam sebuah dokumen pada berbagai poin yang dapat anda spesifikasikan, yang dapat menciptakan hubungan (hyperlink) dengan bagian lain dari dokumen tersebut atau dokumen lain yang berada di World Wide Wieb (www)(Simmarta,2006).

2.6. WML (Wireless Markup Language)

WML adalah bahasa markup yang didasarkan pada Exstensible Markup Language (XML) (Didik,2005). WML dirancang untuk antar muka penggua dan menampilkan isi pada wireless devices seperti telepon seluler, pda, dan pager.

WML memiliki fitur tambahan yang baru untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan jaringan wireless, antara lain (Simmarta,2006):

¨ WML dan WMLScript adalah binari yang disandikan sebelum dikirim ke pengguna untuk memperkecil kketerbatasan bandwith.

¨ WML mampu menyembunyikan skrip halaman WML dan layanan utnuk validasi waktu tertentu utnuk memperkecil roud trips pada WAP server.

¨ Struktur dokumen HTML diubah untuk menyediakan navigasi yang cepat antar halaman tanpa adanya pembuatn akses ke server.

¨ Elemen WML dapat dengan mudah diimplementasikan juga dengan keybord yang kecil.

¨ WML dan WMLScript memiliki sekumpulan batasan fungsionalitas sehingga memungkinkan micro browser itu tidak membutuhkan memori yang banyak atau tenaga komputasional.

Keuntungan hubungan PHP dan MySQL

MySQL dan PHP jika dipasangkan akan didapat beberapa keuntungan, antara lain:

¨ Gratis. Efektif biaya (freeware)

¨ Berorintasi Web (web-orinted). Keduanya dirancang khusus untuk penggunaaan Web sites, dan memiliki berbagai filtur untuk pembangunan Web sites dinamis.

¨ Mudah digunakan. Keduanya dirancang utnuk membangun Web site dengan cepat.

¨ Cepat. Keduanya dirancang dengan kecepatan sebagai tujuan utama, menyediakan salah satu cara kecepatan utnuk mengirimkan halaman Web ke pengguna.

¨ Saling berkomunikasi. PHP memiliki filtur-filtur built-in utnuk komunikasi dengan MySQL.

¨ Dukungan luas tersedia. Keduanya berdasar pada pengguna yang besar, sering digunakan bersama-sama, dan banyak orang yang bersedia membantu dalam mailing list, siapa saja yang berpengalaman mengunakan MySQL dan PHP.

¨ Customizable. Keduanya open source, sehingga mengijinkan pemrogram memodifikasi software PHP dan MySQL pada lingkungan yang cocok untuk mereka sendiri.

2.7. Katalog

Katalog merupakan alat bantu dalam temu kembali suatu koleksi bahan pustaka. Isi dari katalog pada suatu perpustakaan berupa data diskripsi dari koleksi yaitu judul, nama pengarang, kolasi, no rak, subjek, dan sebagainya. Fungsi dari katalog bagi pengguna perpustakaan adalah sebagai rujukan tempat koleksi yang dicari.

Menurut Sulistyo Basuki, katalog adalah daftar buku dalam sebuah perpustakaan atau dalam sebuah koleksi. Tujuan dibuatnya katalog sebagai berikut

· Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan pengarang, judul atau subjek.

· Menunjukkan buku yang dimiliki oleh perpustakaan

· Oleh pengarang tertentu

· Berdasarkan subjek tertentu

· Dalam jenis literatur tertentu

· Membantu dalam pemilihan buku

· Berdasarkan edisinya

· Berdasarkan karakternya

Untuk layar kecil pada telepon seluler yang terbatas dalam menampilkan karakter dan objek, isi dari katalog dapat berupa hal-hal pokok saja, yaitu judul, nama pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, jumlah ekslempar, no rak (DDC), data pesanan, sehingga muat di layar telepon seluler.

3. Metode penelitian

3.1. Survei

Mengamati cara kerja mobile katalog di perpustakaan yang telah menerapkan, yaitu di perpustakaan Universitas Pembangunan Negara ’Veteran’ Surabaya.

3.2. Studi literatur

Membaca dari buku-buku tentang WAP, PHP, MySQL, dan yang berhubungan dengan mobile devides.

3.4. Analisis hasil uji coba

Analisis sistem dapat diidentifikasikan sebagai penguaraian dari suatu sistam informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diberikan sehingga dapat diusulkan perbaikan oleh pengguna.

Dengan metode kuisioner dan wawancara dengan sampel didapat data untuk merevisi dari program Katalog Mobile ini sehingga dapat dilakukan perbaikan. Responden akan diberi daftar pertanyaan sesudah mencoba aplikasi Katalog Mobile berbasis WAP menggunakan PHP dan MySQL mengenai program tersebut dan sedikit wawancara jika diperlukan. Hasil data akan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif menggunakan statistik.

4. Perancangan

· Membuat sistem flow

· Merancang dan membuat data flowdiagram (DFD)

· Merancang dan membuat Entity Relationship Diagram (ERD)

5. Implementasi

· Pembuatan database

· Pembuatan program dengan WAP, PHP, HTML.

6. Sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode Random Sampling, dikarenakan jumlah sampel sudah diketahui. Contoh kasus di Unversitas Pembangunan Nasional ’Veteran’ Surabaya.

7. Instrumen pengumpul data

Memanfaatkan teknologi WAP serta emulator atau browser yang digunakan untuk menampilkan hasil rancang bangun aplikasi.

8. Validasi instrumen

Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat untuk memastikan validasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhartini.2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Prasetyo, Didik Dwi. 2005. Aplikasi Web mobile Menggunakan ASP.NET. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Arbie. 2004. Manajemen Database dengan MySQL. Yogyakarta: ANDI.

Rickyanto, Isak. 2003. Membuat aplikasi Web dengan ASP.NET. Jakarta: Elek Media Komputimdo.

Simmarmata, Janner. 2006. Aplikasi Mobile Commerce menggunakan PHP dan MySQL. Yogyakarta ANDI.

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Syafii, Muhammad. Panduan Membuat Aplikasi Database dengan PHP5 MySQL PostgreSQL. Yogyakarta: ANDI.

Kadir, Abdul. 2002. Penuntun praktis Belajar SQL.Yogy akarta: ANDI.